Berdiri di Tepi Jurang Kehidupan, Ia Menolak Menyerahkan Kedaulatan atas Tubuhnya
Saat hidup dihadapkan pada pilihan, ia berkata: “Saya tidak akan merelakan payudara saya,juga tidak akan melepaskan harapan untuk tetap hidup.”
Lazzat adalah seorang pengacara wanita terkenal berusia 47 tahun dari Kazakhstan, Di pengadilan, ia tampil dengan percaya diri dan tenang, berjuang tanpa henti demi hak-hak kliennya. Selama bertahun-tahun, ia menjalani ritme kerja yang sangat intens dan terbiasa mengabaikan kondisi fisiknya.
Dalam dua tahun terakhir, ia sering merasa lelah dan lemas dengan tekanan darah yang naik turun secara tidak menentu. Ia mengira hal tersebut disebabkan oleh tekanan pekerjaan, sehingga tidak segera memeriksakan diri ke dokter. Pada Januari 2025, Lazzat melakukan USG ginjal di rumah sakit setempat, namun secara tidak sengaja ditemukan adanya lesi pada organ hati. Suatu hari saat mandi, ia secara kebetulan merasakan adanya benjolan di payudaranya. Atas saran dokter, ia menjalani pemeriksaan menyeluruh, dan hasil menunjukkan bahwa ia menderita kanker payudara stadium IV dengan banyak metastasis di hati.
Lazzat
Kabar tersebut membuat Lazzat merasa seolah-olah ia berdiri di tepi jurang kehidupan, tinggal selangkah lagi untuk terjatuh. Dokter setempat menyarankan agar ia menjalani kemoterapi selama 8–9 bulan serta operasi pengangkatan seluruh payudara. Jika tidak, penyakitnya akan sulit dikendalikan. Hal ini membuat hatinya semakin hancur. “Payudara adalah bagian dari diri saya. Bukan sekadar organ tubuh, tetapi juga simbol identitas sebagai wanita. Saya tidak akan menerima pengangkatan payudara. Saya harus menemukan solusi yang lebih baik.” Setelah melewati keterpurukan, Lazzat mendengar panggilan yang kuat di dalam hatinya.
Demi mempertahankan payudaranya, Lazzat memutuskan untuk tidak menjalani pengobatan di negaranya. Ia kemudian berkonsultasi dengan berbagai rumah sakit kanker di negara lain seperti Turki, India, dan Korea Selatan, dengan harapan dapat menemukan metode pengobatan yang menggabungkan antara “melawan kanker dan mempertahankan payudara”. Namun, tidak ada satu pun rumah sakit yang dapat menjanjikan hasil ganda tersebut.
Di tengah keputusasaan, seorang teman dari Aqtau merekomendasikan Lazzat untuk menghubungi Modern Cancer Hospital Guangzhou, serta memperkenalkannya pada teknologi pengobatan kankee Minimal Invasif yang memungkinkan untuk mempertahankan payudara. Temannya menyarankan agar ia menjalani pengobatan di Tiongkok. Setelah melakukan konsultasi jarak jauh, Lazzat memperoleh rencana pengobatan Minimal Invasif terintegrasi dari ahli kanker payudara di rumah sakit kami. Hal ini kembali membangkitkan harapannya akan masa depan.
“Sejujurnya, saya tidak ragu sedikit pun memilih rumah sakit ini. Setelah memahami rencana pengobatan Minimal Invasif untuk kanker payudara, saya yakin mereka dapat menyelamatkan payudara saya!” ujar Lazzat. Ia pun segera membeli tiket pesawat, mengatur perjalanan, dan memutuskan untuk menjalani pengobatan di Tiongkok.
Dua Siklus Pengobatan Menunjukkan Hasil yang Luar Biasa, Tumor Mengecil dan Payudara Berhasil Dipertahankan
Pada April 2025, Lazzat datang ke rumah sakit kami ditemani oleh kakaknya dan menjalani pemeriksaan menyeluruh. Hasil CT menunjukkan bahwa terdapat massa tumor pada payudara kiri dengan ukuran sekitar 2×1cm, serta banyak lesi metastasis di hati, dengan diameter nodul terbesar lebih dari 4cm. Fungsi hati juga telah terpengaruh oleh tumor.
Setelah evaluasi menyeluruh, tim spesialis kanker payudara menyusun rencana pengobatan yang dipersonalisasi dengan fokus utama pada pelestarian payudara melalui teknik Minimal Invasif. Strategi pengobatannya mencakup kombinasi kemoterapi Intervensi dan embolisasi ditambah Microwave Ablation. Semuanya ditujukan untuk secara tepat menargetkan dan menghancurkan tumor tanpa harus mengangkat payudara.
Intervensi dilakukan dengan memasukkan kateter halus ke dalam arteri yang memasok darah ke tumor, lalu menyuntikkan obat antikanker berkonsentrasi tinggi secara langsung. Prosedur ini tidak hanya memblokir suplai darah ke tumor sehingga membuatnya “mati kelaparan”, tetapi juga memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam tumor dengan konsentrasi lokal yang 2-92 kali lebih tinggi dibandingkan kemoterapi intravena. Efek obat yang terfokus juga secara signifikan mengurangi efek samping toksik dari kemoterapi konvensional terhadap seluruh tubuh, sehingga metode ini cocok untuk pasien dengan metastasis ke hati.
Microwave Ablation hanya memerlukan tusukan melalui kulit dengan penargetan yang presisi. Untuk tumor payudara dengan diameter kurang dari 3cm, metode ini mampu membunuh tumor secara langsung di tempatnya tanpa meninggalkan bekas luka, serta tetap mempertahankan keindahan payudara. Kombinasi antara Intervensi dan Microwave Ablation memberikan strategi “serangan lokal yang presisi + kontrol sistemik”, yang mampu mencapai beberapa tujuan yaitu mempertahankan payudara, mengurangi massa tumor, dan meredakan gejala.
Tumor payudara: sebelum pengobatan VS sesudah pengobatan
Lesi metastasis hati: sebelum pengobatan vs sesudah pengobatan, sebagian besar tumor sudah hilang
“Operasinya berjalan sangat lancar. Saya menyukai metode pengobatan ini karena hanya menghancurkan tumornya tanpa perlu mengangkat payudara, tidak menurunkan daya tahan tubuh, dan rasa sakitnya pun relatif ringan. Dalam waktu singkat, hasilnya sudah terlihat,” ujar Lazzat dengan penuh kegembiraan.
Setelah menjalani 2 siklus pengobatan, tumor payudara Lazzat berhasil dihilangkan sepenuhnya dan tidak terdeteksi lagi saat pemeriksaan ulang. Lesi metastasis di hati menyusut lebih dari setengah, fungsi hati kembali normal, dan penanda tumor seperti CEA dan CA153 menunjukkan penurunan yang signifikan. Berkat perawatan yang cermat dari tenaga medis, fungsi hatinya membaik, rasa lelah dan lemas pun berkurang secara nyata, dan ia kembali merasakan semangat hidup yang sudah lama hilang.
Pada kunjungan ketiganya ke rumah sakit, Lazzat datang sendiri untuk pemeriksaan ulang. Kondisi fisik dan mentalnya sudah cukup kuat untuk melakukan penerbangan jarak jauh, bahkan ia telah kembali menjalani kehidupan normal. Hasil ini membuat Lazzat dan keluarganya sangat gembira. Ia merasa bahwa keputusannya sudah tepat. Perjalanan medis ke luar negeri ini benar-benar sepadan!
Hidup Hanya Sekali, Kesehatan Tidak Boleh Dianggap Remeh
Mengenang perjalanan melawan kanker selama setengah tahun terakhir, hal yang paling ingin diungkapkan oleh Lazzat adalah rasa syukur dan terima kasihnya. “Saya tidak pernah membayangkan, meskipun jauh dari tanah air, saya justru bisa bertemu dengan sekelompok orang yang begitu hangat di Tiongkok.”
Ia merasa bahwa tenaga medis di rumah sakit kami telah memberikan pengobatan terbaik. Mereka juga membantunya memulihkan kekuatan mental melalui dorongan serta dukungan emosional. “Segala sesuatu di rumah sakit ini tertata dengan baik, pelayanannya sangat hangat. Ketika saya tiba di Tiongkok, ada staf RS yang menjemput saya di bandara. Apa yang mereka lakukan benar-benar demi kepentingan pasien,” tuturnya dengan tulus.
Foto Lazzat bersama penerjemah Bahasa Rusia di RS kami
Untuk menghadapi tantangan kanker dengan lebih positif, ia membagikan cara-cara pribadinya. “Saya belajar teknik pernapasan yang dikembangkan oleh atlet Belanda, Wim Hof, melalui internet. Metode ini sangat membantu saya, dapat meredakan stres dan meningkatkan daya tahan saya terhadap tekanan. Saya juga melakukan terapi tubuh dan pikiran serta meditasi.” Selama masa perawatan di rumah sakit, ia secara aktif mengikuti kegiatan Hari Ibu dan Hari Perawat yang diselenggarakan oleh RS. Dalam suasana perayaan yang penuh keceriaan itu, dia merasa semangatnya bangkit.
Kini, Lazzat telah menyadari arti penting dari kesehatan. Ia ingin menyampaikan pesan kepada para pasien lain: “Hidup adalah anugerah dari Tuhan dan hidup hanya sekali. Kita harus menghargainya. Pengalaman saya terkena kanker adalah pelajaran yang sangat mendalam bagi saya. Kita tidak seharusnya terlalu lelah, marah, atau cemas. Semua itu berdampak pada kesehatan. Hiduplah di saat ini dan nikmati hidup. Itulah makna sejati dari kehidupan!”