Pada Februari 2025, Hendrik Chandra Tjhan, 58 tahun, terbang dari Makassar, Indonesia ke Guangzhou. Enam bulan sebelumnya, hasil pemeriksaan kesehatannya menunjukkan kadar PSA yang meningkat secara abnormal (indeks PSA 29,37ng/ml↑), dan ia kemudian didiagnosis menderita adenokarsinoma prostat. Ia sempat mengira bahwa kanker berarti keputusasaan, rasa sakit, dan hilangnya martabat — hingga ia menjalani 240 hari yang berbeda di Modern Cancer Hospital Guangzhou.

Tn. Hendrik Chandra Tjhan
Tanpa Gejala Apa pun, tapi Kanker Sudah Menyerang
Itu adalah pemeriksaan kesehatan rutin yang tampaknya biasa saja, namun justru mengubah jalan hidupnya. Hasil MRI menunjukkan adanya massa berukuran 2,6×3×2cm di dalam prostatnya, dan hasil patologi menegaskan bahwa itu adalah adenokarsinoma dengan skor Gleason 7. “Saya sama sekali tidak mengalami gejala apa pun, tidak nyeri, tidak sering buang air kecil, tidak ada rasa ingin buang air kecil yang mendesak, tapi hasilnya ternyata kanker. Saat itu saya benar-benar terpukul,” kenangnya. Usai kepanikan itu, ia memutuskan untuk mengambil tindakan. Di Makassar, Indonesia, ia secara kebetulan mengetahui tentang Pusat Layanan Internasional Makassar - Modern Cancer Hospital Guangzhou. Melalui konsultasi jarak jauh, dokter dengan sabar menganalisis kondisinya dan memberikan rekomendasi awal untuk pengobatan minimal invasif — “tanpa perlu mengangkat prostat, dan tidak akan berdampak serius pada kualitas hidup.” Kalimat itu bagai seberkas cahaya di tengah kegelapan. “Yang kuinginkan bukan sekadar bertahan hidup, tapi hidup dengan utuh.” Maka dengan tekad bulat, ia pun memutuskan untuk berangkat ke Tiongkok.

Tn. Hendrik dan istri berfoto bersama di Pusat Layanan Internasional Makassar
Perang Partikel: Ketepatan, Kehangatan, dan Pertempuran Tanpa Asap Mesiu
Pada Oktober 2024, untuk pertama kalinya ia mengunjungi Modern Cancer Hospital Guangzhou. Tim multidisiplin rumah sakit menyusun rencana pengobatan komprehensif dan personal berupa Brachytherapy + Terapi Endokrin — menargetkan dan menghancurkan sel kanker secara presisi, sambil menjaga fungsi kemih dan tubuh tetap optimal. Pada hari pengobatan, ia berbaring tenang di meja tindakan. Di bawah panduan pencitraan real-time, partikel-partikel kecil ditanamkan dengan presisi ke area lesi seperti menabur benih harapan, di mana radiasi akan terus bekerja terhadap sel-sel kanker. “Tanpa operasi, dan hampir tanpa rasa sakit.” Yang paling menyentuh hatinya adalah sikap para tenaga medis: “Dokter dan perawat selalu dengan sabar menjelaskan setiap hal, penerjemah mendampingi saya sepanjang proses. Setiap detail membuat saya merasa tenang dan merasa saya tidak berjuang sendirian.”
“Tumornya hampir lenyap, dan saya tetap utuh”
Setelah kembali ke negaranya, ia menjalani pemeriksaan ulang secara berkala. Setiap kali melihat penurunan kadar PSA, rasa percaya dirinya semakin meningkat. Hasil MRI terbaru menunjukkan bahwa tumor telah mengecil secara signifikan, hampir menghilang. “Yang paling saya syukuri adalah saya tidak mengalami inkontinensia urin dan tidak ada fungsi tubuhku yang terganggu. Saya masih diri saya yang dulu, hanya saja kini tubuhku tak lagi menyembunyikan ‘bom waktu’,” katanya dengan suara tenang namun sedikit bergetar. Pengobatan itu tidak hanya menekan sel-sel kanker, tetapi juga menjaga tanggung jawab dan martabatnya sebagai seorang ayah dan suami.

Setelah menjalani pengobatan minimal invasif, tumor prostat berukuran sekitar 3cm telah hampir “sepenuhnya menghilang”
Kehangatan yang Melampaui Batas Negara: Penghormatan bagi Para Pahlawan Tanpa Nama di Balik Pertukaran Medis Tiongkok–Indonesia
Dari sapaan sopir penjemput di bandara, “Selamat datang, Tn. Chen,” hingga para penerjemah yang dengan sabar dan teliti mendampingi setiap komunikasi, yang saya rasakan bukan hanya perhatian dari sebuah rumah sakit, tetapi juga kehangatan nyata yang lahir dari kerja sama medis antara dua negara,” kata Tn. Hendrik. Ia sangat menyadari bahwa di balik kesehatannya ada upaya tak terhitung dari para pekerja, dokter, dan lembaga yang mendorong pertukaran medis antara Tiongkok dan Indonesia. “Melalui hubungan persahabatan seperti inilah, semakin banyak keluarga biasa di Indonesia dapat mengakses teknologi medis maju dari Tiongkok, ini sebuah bentuk kerja sama yang benar-benar memberi manfaat bagi kehidupan.”

Tn. Hendrik berfoto bersama istrinya dan para tenaga medis setelah sembuh dari kanker
“Keluarga Adalah Kekuatan Paling Lembut Sekaligus Paling Teguh di Sepanjang Perjuanganku Melawan Kanker”
Selama seluruh proses pengobatan, istri dan putrinya selalu berada di sisinya. “Mereka tidak banyak mengucapkan kata-kata penghiburan, tetapi setiap tatapan mata, setiap hidangan yang disiapkan dengan penuh perhatian, dan setiap pertanyaan ‘Ayah, bagaimana perasaan Ayah hari ini?’, itulah yang membuatku terus bertahan.” Ia berkata dengan penuh perasaan, “Melawan kanker bukanlah perjuangan seorang diri, melainkan perjuangan sebuah keluarga. Tanpa pengertian dan dukungan mereka, saya tidak akan bisa bertahan hingga hari ini.”

Tn. Hendrik ikut serta dalam acara sharing pengalaman melawan kanker setelah sembuh

Tn. Hendrik berfoto bersama istri setelah berhasil melawan kanker

Tn. Hendrik dan istri ikut serta dalam acara peringatan ulang tahun pertama Pusat Layanan Internasional Makassar
“Dengan Deteksi Dini dan Pilihan RS yang Tepat, Hidup Dapat Bersinar Kembali
Kini Tn. Hendrik telah kembali menjalani kehidupan sehari-hari, namun ia tak pernah lupa nasihat dari para ahli onkologi di rumah sakit kami. Ia pun kerap membagikan pesan penting kepada keluarga dan teman-teman pria di sekitarnya: Lakukan pemeriksaan PSA secara rutin, jangan tunggu sampai muncul gejala baru bertindak. Ia juga berharap dapat menyampaikan melalui pengalamannya sendiri kepada mereka yang sedang berjuang melawan kanker: Jangan pernah menyerah pada harapan. “Perkembangan ilmu kedokteran modern telah membuat kanker tak lagi seseram dulu. Kuncinya adalah, apakah Anda bersedia memberikan diri Anda kesempatan untuk masuk ke rumah sakit yang benar-benar memahami dan bisa membantu Anda.”