Cahaya Harapan dalam Kegelapan — Mencari Metode Pengobatan Baru
“Saya telah berjuang melawan kanker di Thailand selama 5 tahun. Kemoterapi dan operasi membuat tubuh saya rusak parah. Penyakitku kadang membaik sedikit, tapi secara keseluruhan semakin memburuk. Keadaan saya begitu parah sampai hanya bisa terbaring di tempat tidur, setiap hari seperti menunggu ajal. Datang ke Tiongkok untuk mencoba pengobatan adalah harapan terakhir saya,” ujar Paman Lek (nama samaran) dengan nada emosional saat menceritakan kisah perjuangannya melawan kanker. Paman Lek, pria berusia 63 tahun asal Thailand, datang ke rumah sakit kami pada Februari 2025 untuk menjalani pemeriksaan. Ia didiagnosis kanker kandung kemih dengan beberapa metastasis pascaoperasi, kondisi tumor di paru cukup serius.
[Paman Lek]
Waktu mundur ke suatu hari di tahun 2018, saat Paman Lek mendapati ada darah dalam urinenya, takdir hidupnya berubah secara drastis — Ia didiagnosis menderita kanker kandung kemih di rumah sakit setempat. Sejak saat itu, ia menjalani perjalanan panjang berupa kemoterapi, operasi, dan terapi penguatan PD-1 — Obat kemoterapi secara perlahan menggerogoti tubuhnya, membuatnya semakin lemah. Kandung kemih dan prostatnya harus diangkat, menyebabkan ia harus bergantung pada kantong stoma seumur hidup. Sementara itu, terapi PD-1 menimbulkan ruam parah di seluruh tubuh. Meski proses pengobatan penuh lika-liku, Paman Lek tetap bertahan karena menyimpan harapan di dalam hati. Untungnya, setelah menyelesaikan 6 siklus terapi PD-1, evaluasi efektivitas pengobatan menunjukkan Stable Disease (penyakit stabil). Namun, pada Desember 2024, Paman Lek kembali mengalami gejala batuk berdarah. Ia kembali ke rumah sakit setempat untuk pemeriksaan. Hasil biopsi massa di paru kanannya datang bagai petir di siang bolong — kanker telah bermetastasis ke paru-paru.
“Setelah dipastikan ada tumor di paru, saya kembali menjalani kemoterapi. Tapi tubuh saya sudah tidak sanggup lagi. Setelah 1x kemoterapi, saya merasa lelah sepanjang hari, bahkan tidak punya tenaga untuk menyikat gigi. Saya hanya bisa terus berbaring, sambil terus berkata: saya terlalu lelah, saya tidak sanggup lagi,” kenang Paman Lek. Saat itu, ia benar-benar berada di titik terendah. Berat badannya turun drastis, fungsi ginjalnya memburuk. Keponakannya menasihatinya:“Cobalah pergi ke Tiongkok, di sana ada teknologi baru.”
Pilihan di Tengah Keputusasaan — Menjalani Pengobatan Minimal Invasif di Luar Negeri
Awal tahun 2025, Paman Lek datang ke Tiongkok dengan kondisi tubuh yang sangat lemah. Saat pemeriksaan awal, diketahui bahwa tumor di parunya telah menyerang tulang rusuk, dan fungsi ginjalnya hampir mengalami kegagalan. Kondisinya saat itu memang sangat buruk. “Jika langsung menjalani kemoterapi, tubuhnya jelas tidak akan sanggup.”. Tim MDT rumah sakit kami segera merumuskan rencana pengobatan: melindungi fungsi ginjal terlebih dahulu, kemudian melawan kanker, dengan menerapkan strategi pengobatan integratif yang berfokus pada teknologi minimal invasif.
[Selama pengobatan di RS]
“Dokter saya di Thailand hanya bisa berkata, “Lanjutkan kemoterapi”; tapi dokter di sini berkata, “Tubuh Anda perlu dipulihkan terlebih dahulu.”Paman Lek pertama-tama menjalani terapi perlindungan ginjal dan pemulihan kondisi tubuh hingga kondisinya stabil. Pada 7 Februari 2025, tim Prof. Dai melakukan tindakan Combined Knife Cryoablation — Lesi metastasis paru dibekukan secara presisi melalui prosedur minimal invasif dengan anestesi lokal. Satu hari setelah operasi, Paman Lek sudah bisa turun dari tempat tidur dan beraktivitas.
“Ternyata pengobatan tidak harus menyakitkan. Saya benar-benar bersyukur telah datang ke Tiongkok. Sebelum datang, saya berada dalam keadaan putus asa seperti menunggu ajal. Tapi sekarang, saya seperti terlahir kembali.” Ia tersenyum santai untuk pertama kalinya.
Keunggulan Combined Knife terlihat jelas pada diri Paman Lek: tanpa bedah, tanpa toksisitas kemoterapi, area pembekuan dapat dikendalikan secara presisi sehingga jaringan sehat tidak ikut rusak. Untuk lebih lanjut mengendalikan pertumbuhan dan penyebaran tumor, pada 25 Februari 2025, tim dokter memulai terapi kombinasi dengan Vedicitumab C1 untuk Paman Lek. Meskipun pada tahap awal muncul ruam di kulit, dr. Chen (dokter penanggung jawab) siaga 24 jam untuk menyesuaikan rencana pengobatan, sehingga gejala segera mereda.
Setelah pengobatan [Perbandingan CT sebelum dan sesudah 2 siklus pengobatan] Sebelum pengobatan
Efek pengobatan Paman Lek sangat terlihat jelas. Pemeriksaan CT ulang menunjukkan bahwa tumor mengecil secara signifikan (sekitar 90%), kondisi fisik membaik, dan tubuhnya semakin kuat. “Setiap kali saya pulang setelah pengobatan, saya selalu mengajak istri saya berkeliling dengan mobil untuk berlibur,” ujar Paman Lek dengan gembira.“Teman dan kerabat saya sangat terkejut melihat perubahan saya: dulu saya nyaris sekarat, tapi sekarang tubuh saya kuat, bahkan bisa menyetir ke mana-mana. Mereka benar-benar takjub.”
Kelahiran Kembali Kucing Sembilan Nyawa — Terima Kasih kepada Dokter Saya di Tiongkok
“Sekarang saya sering berkata, saya lebih hebat dari kucing sembilan nyawa,” ujar Paman Lek dengan tenang sambil menyentuh kantong stoma di perut kanannya.“Memakai kantong urine itu tidak menakutkan, yang menakutkan adalah menyerah pada harapan.”Sang istri terus menggenggam tangannya erat:“Para dokter di Tiongkok membuat kami mengerti bahwa kanker stadium akhir ≠ keputusasaan.”
Yang membuat Paman Lek lebih terharu adalah perhatian manuasiaw dari para staf medis — Penerjemah selalu siap membantu komunikasi, perawat menenangkan kecemasan pasien dengan bahasa tubuh, bahkan rumah sakit juga mengadakan kegiatan wisata bagi pasien.“Selama tidak ada jadwal pengobatan, saya selalu ikut tur yang diadakan oleh rumah sakit,” kata Paman Lek. Ia berbagi pengalaman selama pengobatan,“Pengobatan minimal invasif di sini sangat luar biasa, mampu menghancurkan tumor secara presisi tanpa menimbulkan efek samping yang besar. Namun yang paling membuat saya puas adalah para staf medis di sini selalu menempatkan pasien sebagai prioritas utama, hal itu benar-benar menyentuh hati saya.”
Surat untuk Sesama Pejuang — Tujuan Berikutnya Adalah Harapan
“Jika Anda sedang berjuang melawan kanker, ingatlah kisah saya,” ujar Paman Lek sambil tersenyum ke arah kamera.“Di Tiongkok, saya tidak hanya menemukan teknologi minimal invasif, tetapi juga menemukan semangat kemanusiaan para dokter yang tidak pernah menyerah pada pasien mana pun. Saat berada dalam keputusasaan, harapan sering kali ada di pemberhentian berikutnya.”